Sabtu, 21 September 2013

Belajar Dari Sebuah Pohon

Assalamualaikum, rindu. Happy satnight! Sudah lama ya, aku gak posting. Emh, pasti pada bertanya-tanya, kemana kemana kemana? Ada sih, adaaa ajaah... Kemarin-kemarin saya  disibukkan dengan schedule Ujikom, saya jadi harus bulak-balik rumah - kampus yang perjalanannya sekitar delapan jam. Iya, hanya untuk mengejar Ujikom yang tidak lebih tidak kurang pelaksanaannya just two days. Subhanallah, seterongnya... Sudah seperti Wonder Woman.

Sedang have fun menikmati liburan di rumah, tercuat kabar Ujikom, mendadaklah kabarnya. Akhirnya apa boleh buat, terpaksa dan harus pergi esoknya sebelum Ujikom dimulai. Alhasil kalau sudah dihadepkan dengan yang berbau-bau uji kompetensi, ya mana bisa posting-postingan tulisan yang banyak. Paling hanya quote-quote saja di notepad saya, kutip-kutipan tulisan yang terbatas karakter sehingga tak menjadi paragraf yang berkesinambungan :D

Actually, sekarang juga saya masih confused alias bingung mau posting apa. Belum ada inspirasi buat nulis artikel yang berparagraf-paragraf. Paling, dicicil sedikit-sedikit. Sepertinya aku hanya sedang ingin memberi semangat untuk satu buah rindu yang mungkin sedang merasa tidak diadilkan oleh pemilik hatinya... Dengarkan ini ya...
Dunia ini terlalu pengecut kalau hanya untuk dikeluhkan dan disesali. Padahal Allah selalu hadirkan beragam skenario-Nya untuk melukis senyum manis ditengah banjir airmata di wajah kita. Awalnya kamu hanya menganggap kamu tak seberuntung mereka, hingga kamu merasa menyesal dilahirkan ke bumi. Kalau iya, kamu harus segera sadar, ternyata kamu jauh lebih istimewa dan beruntung dari  mereka yang mempunyai kesulitan jauh dari yang kamu alami sekarang. Coba lihat di sekitar kita, banyak sukma jatuh berguguran hanya karena kehilangan satu asa hingga ia tak mampu bertahan hidup. Apa kamu mau seperti mereka?

Ibaratkan pohon, awalnya hanya daun yang jatuh berguguran karena tertiup angin berhembus. Lalu berjatuhan semua tangkainya dan tiada menjadi kesatuan yang kokoh lagi bak pohon kemarin yang masih kuat. Intinya, akar. Ibaratkan akar adalah keimanan, daun adalah sebuah harapan, tangkai adalah kepercayaan diri dan batangnya merupakan akhlak budi pekerti. Ketika akar keimanan tiada lagi kuat membentengi batang diri, maka daun harapan yang lunak akan mudah berguguran walau terkena angin berhembus, hingga tangkai kepercayaan diri mengendur, dan batang akhlakul karimah pun mulai goyah. Terjadilah, pohon diri yang kehilangan keseimbangan, lalu roboh deh, tumbang. Apa itu kamu?

Engga mau kan, pohon diri yang sudah dengan susah payah kamu dirikan sampai bertahun-tahun tiba-tiba roboh hanya karena engga dipelihara dengan baik, hanya karena ketika ada angin tak kuasa menahannya? Makanya, kita perlu menguatkan akar keimanan dengan siraman rohani, kalau pohon butuh siraman air, dan pupuk. Kita juga sama, butuh siraman rohani dan pupuki keimanan dengan memperbanyak munajat kepada Allah, perbanyak ibadah dan mengingat Allah setiap detiknya. Utamakan Habluminallah, dan Habluminnnass. Jadilah pohon diri yang berguna bagi sesama, yang bisa menyejukan oranglain di tengah kepanasan jiwanya, bisa memberikan sumber air ditengah keringnya keimanan seseorang. Itu lebih baik, daripada hanya mengeluhkan nasib yang kamu kira tak pernah berubah.

Sekarang kita memang harus belajar dari hal kecil maupun besar seprti pohon untuk meningkatkan keimanan dan kepercayaan diri menjadi mahluk Allah yang lebih bermanfaat lagi untuk sekitar. Intinya, yang sekarang lagi diberi ujian atau kesedihan, percayalah Allah punya banyak rahasia untuk melukis senyum selebar-lebarnya diakhir ujian mu. Tuhan selalu punya cara untuk membuat hamba-Nya tersenyum, lewat apapun yang dikehendaki-Nya. Percayalah, lukislah senyum semanis dan serupawan mungkin, hadapi hidup penuh dengan kegembiraan. Syukurilah walau sekecil apapun.

"Karena itu, ingatlah kami kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. 2:152)

-Maharati hanrini-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar