Rupanya sudah dua hari jadi orang Sawarna, kami mulai
kehabisan cara untuk menghabiskan waktu, selain hanya makan, nonton tv dan
bermain di pantai. “Kemana lagi ya?” sambil berayun di ayunan depan kamar. Sabtu,
21 Februari 2015. Kami ditawari jalan-jalan ke beberapa tempat oleh pemandu
wisata tapi kami menyebutnya ojeg pemandu wisata :D
Sayang
rasanya, jika harus jauh-jauh ke Sawarna tapi hanya beberapa tempat saja yang
kami kunjungi. Selama dua hari ini kami baru mengunjungi pasir putih saja,
akhirnya 3 orang ojeg pemandu wisata kami sewa untuk mengantar jalan-jalan. Harga
ojeg wisata pantai Sawarna bervariasi, tergantung kita pintar menawar. Waktu
itu satu ojeg dihargai 100.000/ojeg untuk 6 tempat (Goa Lalay, Legon Pari,
Karang Taraje, Bukit Senyum, Karang Beureum dan Karang Dua).
Perjalanan
yang kami tempuh tidaklah semulus gambar gunung Nampak dari kejauhan, treknya
luar biasaaah. Pertama saat hendak ke Goa Lalay trek masih biasa saja, namun
semakin kesana jalan aspal kemudian berubah menjadi jalan setapak yang penuh
liku-liku, batu dan rumput ilalang yang menjulang, apalagi sehabis hujan jalan
tanah menjadi becek dan licin. Untung saja ojeg pemandu wisata kami bisa
dikatakan sudah mahir dan ahli melewati trek-trek seperti ini. Walaupun
perasaan deg-degan yang tak karuan menyelimuti kami, tapi akhirnya 6 tempat
wisata tersebut, satu persatu kami datangi.
Pertama
sampai di goa lalay.Hal yang harus kami persiapkan adalah senter fisik dan
mental yang kuat untuk memasuki goa yg gelap ini, ketiganya sangat
dibutuhkan. Panjang goa ini katanya
sampai 3 Km, kenapa dinamakan goa lalay? Karena goa ini konon katanya adalah
sarang burung lalay. Sepanjang goa ini berair setinggi lutut orang dewasa.
Kurang lebih pemandangannya seperti ini. Sayangnya kami tidak sampai ke ujung
karena cukup ngeri saat harus semakin dalam menyusuri goa bersama dengan anak
kecil (adik), sejauh 50 Meter saja kami sudah balik lagi. :D
Kejar target, kami segera lanjutkan ke tempat selanjutnya
Legon Pari. Seperti halnya di goa lalay dikenakan tarif 5000 rupiah untuk
masuk. Kami kira saat sudah di plang, pantainya sudah semakin dekat,
ternyataaaa……. Cukup jauh untuk menyaksikan pantai Legon Pari seperti yg tampak
di fhoto gardu. trek juga semakin lama
semakin sulit dan curam, namun kami tetap yakin kepada ojeg-ojeg kami akan
berhati-hati dan selamat sampai tujuan. Setelah beradu nyali sampailah kami.
Kurang lebih inilah gambar pemandangan pantai Legon Pari,
yang saya ambil menggunakan handphon LG E410 saya dengan kekuatan camera hanya
2 MP saja. :D zaman sudah canggih, tapi hapeku masih berstandar 2 MP saja,
sungguh terlalu. Sebenarnya ada camdi, tapi aku lupa buat chas baterai.
Akhirnya sampe goa lalay saja camdi udah mati duluan :D
Selanjutnya Karang Beureum, kenapa Karang Beureum? Karena
warna karangnya merah. Intinya sama saja pantai dengan Karang, semua tempat
punya keindahan masing-masing yang penilaiannya relatif menurut setiap orang. Kami
tak banyak mengambil capture disini,
mengingat waktu semakin sore dan matahari terus berjalan mundur kea rah timur.
Waktu itu pukul 16.30 saat kami di Karang Beureum. Ojeg segera membawa kami melanjutkan perjalanan
ke bukit senyum. Disini adrenaline kami ditantang kembali.
Kami melewati bukit-bukit yang curam dengan sebuah sepeda
motor, dengan trek jalan yang cukup extreem… Bayangkan oleh kalian, jalan
setapak dengan sedikit bebatuan dan tanah yang masih jadi lumpur bekas hujan,
lalu dibawahnya lembah-lembah yang curam, beberapa jembatan gantung, dan
tanjakan yang yang bikin jantung kami deg-degan. Di turunan jalan yang licin
aku dan ojegku hampir saja terjatuh. Tapi si Mamang ojeg langsung menahan
kuat2, akhirnya saya tak jadi jatuh. Kebayang kalau saya sampai jatuh, maka
berubaholah cokat baju yang saya pakai. Bismillah saja lanjutkan perjalanan
mudah2an tidak ada kejadian seperti itu lagi yang buat deg-degan tak karuan.
Rumput ilalang yang menghantam kami hiraukan hanya untuk sampai ke bukit
Senyum, perasaan deg-degan akhirnya berakhir. Sampailah kami di Bukit Senyum….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar