Entah karena malas atau sudah tidak ada bakat lagi dalam
dunia kepenulisan, yang jelas untuk memposting satu artikel saja rasanya berat
sekali. Tidak ada wacana yang terpikirkan untuk dibahas, alhasil hanya
berencana menulis beberapa paragraf saja dari pengalaman.
Ada beberapa kisah seru yang mau aku bagikan untuk kalian,
sebenarnya aku engga yakin kalian mau baca ini. Tapi setidaknya aku sudah
berbagi beberapa kisah ku lewat tulisan lagi.
Saat ini, sambil memutar playlist “bersyukur” dari Opick
feat. Amanda yang syahdu, kedua mata ku terbelalak memandangi hitam pekat
langit malam. Satu hari lagi menginjak puasa Ramadhan 1436 H, “marhaban ya
ramadhan…” Mohon maaf lahir batin, mudah-mudahan berkah ramdhan sampai kepada
kita semua, aamiin.
Mungkin diantara kalian ada yang tahu, kenapa setiap kali
menjelang bulan ramadhan ada istilah Sunda ”munggahan”, apa di kota-kota lain
juga disebutnya munggahan dan adakah kebiasaan itu? Beberapa orang juga mungkin
belum paham apa yang dimaksud munggahan?
Dalam adat Sunda yang dimaksud “munggahan” itu adalah satu
dua buah aktivitas/kegiatan yang dilakukan menjelang bulan ramadhan. Bisa
diartikan juga sebagai simbol perayaan menyambut bulan ramadhan penuh berkah.
Itu sih versi ku, kurang tahu kalau versinya kamu-kamu semua :D Tinggalkan saja
komen kalau kamu punya versi lain.
Munggahan itu wajib atau engga sih? Kok, kayaknya semua orang
mewajibkan dirinya munggahan sebelum puasa ramadhan dimulai? ...
Sampai ada yang
menganggap puasanya engga afdol kalau engga munggahan? :D Aku sih engga tahu ya
alasann yang paling efektifnya apa. Yang jelas keluargaku juga salah satu umat
yang menganut adat “munggahan”. Setiap kali menjelang puasa ramadhan mereka
selalu menyempatkan waktu, sekitar satu minggu lagi menjelang puasa ramadhan
keluarga besar pergi mengunjungi beberapa tempat wisata. Bisa pantai atau
tempat-tempat wisata lainnya, atau bisa juga dihabiskan untuk mengunjungi
rumah-rumah saudara untuk silaturahmi.
Makanya, di bulan-bulan ini yang paling sering ditanya
pulang. Kapan pulang? Kapan pulang? Kapan pulang? Simpel aja sih jawabnya,
nanti juga pasti pulang. Berhubung sekarang masih ada beberapa hal yang perlu
diselesaikan akhirnya aku tidak berjanji untuk pulang di bulan Juni. Akhirnya
kejutan pun datang, lusa kemarin. Mimi, Nenek, dan kedua adik ku kecuali Babeh,
menjenguk ku juga ke Bandung. Mereka bilang “menunggu kamu pulang, kapan?” Aku
cuma bisa nyengir aja, hee… :D
Sepertinya itu adalah munggahan yang paling afdol.
Sesampainya di Bandung, esok harinya aku
mengajak mereka menikmati suasana megah Trans Studio Bandung dan
berputar-putar di Trans Studio Mall. Nenek tidak terlalu suka tempat itu, tiap
kali melangkah Nenek hanya berkata “sudah yuk, kita pulang saja.” Aku juga
kurang mengerti kalau Nenek-nenek memang sukanya tempat yang seperti apa?
Akhirnya selepas magrib sudah ada di kosan lagi.
Besok paginya, aku masih harus dines/PKL di UPT Puskesmas
Salam di Supratman. Aku meninggalkan lagi mereka di hari keduanya, karena aku
sangat menghindari izin PKL. Direktur sudah mengancam kalau mahasiswanya izin
PKL harus diganti di hari lain, ketentuan ini berlaku dari bulan ini. Akhirnya
ya sudah daripada jadwal pulang aku harus pending lagi, lebih baik masuk saja. Padahal sepanjang malam, Nenek bilang
ingin pergi ke pasar baru. Sayang aku tak bisa mengantar mereka dari pagi, aku
hanya berusaha sepulang PKL langsung menyusul mereka di sana.
Jujur saja, saat PKL pikiranku melayang-layang ke pasar baru.
Mimi, Nenek dan Adik ku, what are they
doing there? And then my brain also thinking about the clothes, hehe.
Rasanya pekerjaan ini segera selesai, karena sudah satu tahun terakhir ini aku
tidak lagi menikmati lelahnya berpuutar-putar dan tawar-menawar baju dengan
Mimi dan Nenek ku yang Nampak masih kuat itu. Dengan seluruh kemampuan dan kekuatankku,
aku menyelesaikan pekerjaan dengan segera agar bisa cepat menemui mereka.
Hingga tiba pukul setengah dua, aku segera izin pulang duluan. Dengan langkah
kaki yang tergesa-gesa aku meninggalkan puskesmas. Tanpa banyak melakukan
aktivitas lagi, aku segera menaiki angkot menuju pasar baru tak peduli lelah
dan kucelnya wajah manisku.
Oh, look… My darling
mom and my lovely grandma and of course my little sister and my big brother. I
really love them, they looks like happily and satisfied because in their hands
had carrying any clothes. Aku cuma bisa tersenyum lebar, oh syukurlah kalau
sudah dapat bajunya. Eh, tapi my grandma nampaknya
kelelahan, sementara aku masih ingin ditemani belanja ke dalam. Finnaly, just my darling mama yang bisa menemani ku berbelanja di dalam. Oke
deh, yang lain just waiting me in
outside… Eits, heard! Nenek
berpesan “tong lami-lami nya, neng…” Oh, enggak ngerti lagi deh maunya.
Saat berada di dalam kira-kira sudah sampai di lantai 3 nenek
dan big brother missed call dan
berpesan. “Cepetan…” Ya Allah, mana bisa tawar-menawar baju kalau begini
kisahnya. Lagi-lagi dengan tergesa-gesa naik-turun tangga eskalator sambil
mencari-cari yang pas. Sungguh hingga ke berapa kali, nenek dan big brother
menghubungi. Engga ngerti lagi maunya, ngajak terus pulaaaaang… Jahat, aku
belum dapat apa-apa baru hanya sepotong blouse. Akhirnya ya sudah, oke pulang
saja. Aku mencoba meyakinkan mami bahwa aku bisa mencarinya lagi di lain waktu.
Nenek bilang, lihat banyak orang berkeliaran dan bangunan
pasar baru yang megah membuat nenek pusing. Makanya nenek terus-terusan
mengajak pulang, oh oke, it’s doesn’t
matter masih bisa di maklum. Aku
jadi penasaran, nenek dapat apa di pasar baru. Kemudian nenek mengeluarkan dua
meter bahan yang lumayan bagus. “Nenek dapat ini saja…” Sambil melempar senyum
kecil, dan aku balas dengan senyum yang lebar. “Alhamdulillah, kebahagiannku terletak pada kesejahteraan keluargaku.
Mereka seolah yang memberi warna dalam lukisan senyumku. Keluarga adalah sumber
kehangatan…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar