Ini udah deadline H-13 menuju sidang LS, dan ternyata
Maharatih ini masih nyusun BAB II. Dia sempat patah semangat karena BAB I engga
juga di ACC-ACC sama dosen pembimbingnya yang kayak Afgan itu. Entah kenapa di
mata beliau masih juga ada yang kurang, padahal penulis merasa sudah hampir
benar. Masalahnya hanya di referensi kajian ilmiah, ya sudahlah pasal 1 ayat 1,
pembimbing tidak pernah salah dan saya tidak ingin meributkan hal itu terlalu
dalam.
Ternyata begini ya rasanya
PKL sambil kuliah, sambil nugas PLUS nyusun LS. Ya, rasanya sih WAW sampai berat badan turun 2 Kg, padahal buat naikinnya butuh perjuangan ekstra yang engga sebentar. Kurang lebih harus ngemil setiap waktu dan makan tepat waktu. Semenjak PKL, badan engga keurus, KATANYA. “Ratih, kamu kurusan ya…” Ya sudahlah harus gimana lagi, namanya juga lagi dikuras tenaga dan pikirannya wajar kurusan *sambil ngelus dada*.
PKL sambil kuliah, sambil nugas PLUS nyusun LS. Ya, rasanya sih WAW sampai berat badan turun 2 Kg, padahal buat naikinnya butuh perjuangan ekstra yang engga sebentar. Kurang lebih harus ngemil setiap waktu dan makan tepat waktu. Semenjak PKL, badan engga keurus, KATANYA. “Ratih, kamu kurusan ya…” Ya sudahlah harus gimana lagi, namanya juga lagi dikuras tenaga dan pikirannya wajar kurusan *sambil ngelus dada*.
Belum masalah uang saku yang semakin hari semakin menipis
dikarenakan banyak keperluan yang tiba-tiba datang mendadak dan mendesak.
Rasanya, mau kodok-kodok saku sampai ke bagian dalampun itu isinya butiran debu
semua. Gimana engga? Buat mendukung LS yang hasilnya maksimal, saya harus
banyak cari referensi buku yang engga cuma satu dua buah buku karena
ketersediaan buku di perpustakaan kampus juga kurang memadai. Ditambah saya harus ngongkos sendiri, pulang
pergi Gatsu-Supratman dikarenakan tidak adanya ojeg pribadi yang bisa
diandalkan.
Pokoknya kalau dipikirin masalahnya engga akan pernah
selesai-selesai, because trouble is a
friend kata Lenka yang engga
pernah bosan-bosannya nyanyiin lagu itu. Sebuah lagu yang seengganya memotivasi
saya biar tetap semangat dan menghadapi masalah senyaman mungkin. Masalah itu
datang berbarengan dengan solusi, ya jadi dibuat nyaman saja selama semua itu
masih bisa diatasi.
Mahasiswa semester 5 seperti saya ini memang rentan terkena
masalah dan ujian yang datang hampir bertubi-tubi, kalau saya tidak pandai
mengelola hati mungkin saya ini sekarang sudah menjadi apa? Apalagi kalau saya
jauh dari Allah, jangan harap saya bisa menyentuh kebahagiaan. Alhamdulillah, walaupun kantong kering, dan
masalah bikin pusing saya masih diberi nikmat sehat dan kesempatan waktu yang belum
tentu bisa dirasakan di esok hari : ) “Nikmat
kebahagiaan hanya bersumber pada hati yang bersih dan kelapangan hati menerima
apapun yang Allah berikan.” (Maharatih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar